Desa Selat

Selasa , 10 April 2018

Ketut Ranten selaku Puskesmas Desa Selat, mengatakan sasaran vaksinasi JE di Desa Selat  mencapai 347 orang di empat dusun ( Sekarsari, Witajati, Selat, dan Bulada) yang dilaksanakan di Aula Desa Selat. Kegiatan ini juga menyasar 6 Sekolah Dasar dan 1 dengan rentang usia 9 bulan 15 tahun.

"Vaksinasi dilaksanakan Dari tanggal 6 April Di Dusun Tukad Juwuk dan Brakhir  23 April 2018 di Dusun Gambuh nanti," katanya.

Masyarakat Bali khususnya perlu mengetahui bahwa risiko kematian akibat penyakit radang otak Jepang ini terbilang tinggi, 30 persen. Ini berarti 30 persen anak yang terinfeksi positif JE meninggal dunia. Mereka yang hidup dengan virus ini biasanya mengalami cacat dari level tingan, sedang, hingga berat.

Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan sepenuhnya penyakit radang otak Jepang. Jalan paling efektif untuk mencegah virus ini adalah memberikan imunisasi.

Kasus radang otak Jepang di Indonesia pertama kali ditemukan 1960 dan banyak terjadi di Bali. Siklus penyakit ini dibedakan ke dalam tiga stadium.

Stadium satu disebut prodromal berlangsung dua hingga empat hari. Tandanya anak panas mendadak, sakit kepala berat, keluhan mual dan muntah.

Stadium dua disebut akut berlangsung empat hingga tujuh hari. Anak mengalami panas tinggi dan susah turun meski telah diberikan obat penurunan panas. Anak mengalami kekakuan otot, terutama pada otot leher. Pada kasus lebih parah, anak mengalami gangguan keseimbangan, kejang-kejang, tingkat kesadaran menurun, mulai dari gelisah, mengantuk, sampai tidak sadarkan diri.

Stadium tiga disebut konvalesen. Tahap akhir ini suhu tubuh anak kembali normal. Tanda-tanda neurologis bisa tetap ada atau cenderung membaik.

Seseorang bisa tertular virus JE jika digigit nyamuk Culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Kejadian penyakit JE biasanya meningkat pada musim penghujan. Penyakit ini menyebar luas di Asia Timur, seperti Jepang dan Korea, hingga Asia Tenggara, seperti Indonesia.